Kamis, 12 April 2012

DARI ARSITEKTUR JENGKI MENUJU ARSITEKTUR KONTEMPORER


BERNOSTALGIA DENGAN ARSITEKTUR JENGKI

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Arsitektur Jengki merupakan satu istilah dalam bingkai sejarah arsitektur Nusantara Pasca kepulangan para arsitek Belanda sekitar tahun 1950-1960. Arsitektur jengki tumbuh dari kreatifitas pemuda Indonesia yang pada umumnya lulusan STM dan pernah magang pada konsultan arsitektur di jaman kolonial dan beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri. Dengan kata lain arsitektur ini merupakan bentuk eksperimental dari para pemuda indonesaia untuk menyalurkan ilmunya setelah merasa lebih bebas dan leluasa dalam mengekspresikan kreativitas mereka. Dengan semangat lokalitas yang memang sudah ada dalam diri para arsitek kita waktu itu dan ditambah dengan ilmu baru dibidang arsitektur  yang telah mereka pelajari, maka lahirlah sebuah inovasi kearsitekturan yang kemudian dikenal dengan istilah Arsitektur Jengki tersebut. Dari beberapa referensi yang saya kutip ada sebagian kalangan yang mengkategorikannya berorientasi pada arsitektur yang pada saat itu berkembang di Amerika Selatan, bahkan ada juga yang menduga gaya ini diimpor dari rusia sesuai dengan hubungan politik antara Indonesia dan Rusia saat itu.

Adapun ciri fisik utama dari bangunan dengan gaya arsitektur jengki adalah :
1.    penggunaan atap pelana dan pemanfaatan beton pada berbagai elemen beton pada berbagai elemen struktur bangunan seperti overhange dan kolom dengan variasi bentuk yang dinamis.
2.    Fasad bangunan hampir selalu tampil dengan tekstur kasar dan variatif dengan komposisi tidak simetris.
3.    Pengaruh gaya Art-deco yang sangat kuat dan ekspresif seperti terlihat pada pemakaian pola garis-garis tegas pada bidang-bidang pintu dan jendelanya.

Sebagai contoh gaya arsitektur ini, bisa kita jumpai di  kompleks perumahan dosen-dosen di wilayah Skip, UGM. Seperti halnya dengan Proyek Renovasi Bangunan K8 UGM tahun 2008 yang saya rancang dan didetailkan oleh tim studio wasnadipta tempat saya bekerja.


Project : Renovasi Bangunan K8 UGM (Gedung Pusat Pengembangan pendidikan)
Lokasi : Jln. Asem Kranji K8 Sekip UGM
Instansi : Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM
Tahun : 2008
Arsitek (Konsultan) : Sigit Wijiono, ST.,IAI (CV WASNADIPTA)
   

Melihat pada fasad dan bentuk fisik bangunannya, dapat dikatakan  kental dengan gaya arsitektur jengki. Bentuk atap pelana dengan fasad sederhana dengan sentuhan  pola garis yang tegas pada bukaan pintu dan jendelanya (Art-deco). Bangunan ini pada awalnya berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal dan perkantoran dosen UGM. Namun pada perkembangannya terjadi perubahan fungsi dengan mengikuti konsep adaptive reuse, maka dilakukan adaptasi fungsinya menjadi fungsi gedung pertemuan lengkap dengan fasilitas pendukungnya yang kemudian diberi nama Gedung Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) UGM.
Arsitek mengasumsikan gaya arsitektur jengki pada bangunan eksisting sebagai sebuah perjalanan sejarah dan menjadi jejak-jejak perencanaan dimasa lalu. Oleh karena itu dalam melakukan facelift bangunan, saya masukkan unsur-unsur modern minimalis yang kontemporer yang mewakili gaya arsitektur di masa kini. Pun demikian bentuk atap bangunan tetap dipertahankan sebagai sebuah ciri khasnya sehingga dapat diketahui jejak-jejak perubahan (metamorfosa) dari bangunan yang ada. Dengan demikian tarsitek tidak mengintervensi dan melakukan pemaksaan disain secara berlebihan. Sedangkan untuk memperkuat kesan formalnya, digunakan aksen-aksen garis pada dinding bangunan secara tegas. Sebagai aksen digunakan warna orange pada gate entrance sebagai simbol  dari karakter aktif dan juga untuk memperkuat entrance.



Bagi yang penasaran dengan bangunan ini silahkan jalan-jalan diseputaran Jln. Asem Kranji  K8 Sekip UGM tepatnya di sebelah selatan bangunan Jogja Medianet. Demikian artikel ini saya buat, terima kasih, salam hangat dari saya Sigit Wijiono, Ph.D (Paling Huueeebat Disainnya), hehehe always and always bercanda biar tidak terlalu serius teman-teman, ok!!!








1 komentar: