Selasa, 25 September 2012

CONTEMPORARY MOSQUE

Siapa bilang kemegahan sebuah masjid harus selalu ditampilkan dengan ornamen-ornamen yang detil, rumit dan berat bahkan dengan bentukan-bentukan yang masif dan monoton. Justru dengan konsep tersebut beberapa orang malah menterjemahkannya sebagai masjid yang angker karena kurangnya pencahayaan sehingga interiornya cenderung gelap .....hehehe lho masjid kok angker, ya whatever lah yang jelas komentar ini real dan saya mendengarkannya secara langsung. Di sisi lain juga ternyata justru ada beberapa orang tidak setuju dengan konsep yang mengatakan bahwa masjid yang tertutup akan menjamin kepastian soal kekhusukan saat sholat. Dan sebelum jauh menulis lagi saya ingin ucapkan "salam arsi" buat sobat-sobatku semua!!! Kali ini saya mengupload lagi sebuah karya arsitektur yang berhasil tersketsakan yaitu sebuah perencanaan bangunan masjid bergaya modern kontemporer yang berlokasi di Rest Area Gombol, Rogojampi, Banyuwangi, Jatim yang kebetulan berdekatan dengan kampung halaman saya di kecamatan Srono. Dan setelah ini saya akan mencoba menjabarkan sedikit mengenai filosofi dan konsep desainnya.
Bermula saat saya hendak pulang kampung untuk menengok peternakan domba milik saya di banyuwangi beberapa waktu yang lalu, saya diperkenalkan oleh seorang sahabat kepada seorang Haji di Rogojampi, sebut saja Pak Haka yang kebetulan mempunyai lahan di kawasan Gombol Rogojampi seluas + 2,1 Hektar dengan kondisi site berbukit. Site yang sangat eksotik mengingat pada arah sebrang jalan yang membatasinya merupakan areal pertanian "ijo royo-royo" dengan view alami yang langsung tertuju pada keanggunan gurung raung. Potensi alam inilah yang menambah keindahan alam kompleks tersebut. Dengan site tersebut beliau hendak membuatnya menjadi sebuah komplek perumahan dengan konsep elite residence. Dan di sisi depannya ingin dibuat semacam rest area bernuansa islami dengan beberapa fasilitas pendukung seperti masjid, TPA, restoran lengkap dengan kolam renangnya, toko busana khas Banyuwangi dan muslim sekaligus souvenir, serta ruang outdoor serbaguna untuk forum keagamaan (musyawarah ranting NU, Muhammadiyah, Pengajian Akbar, dll) maupun acara pernikahan (wedding party).

Dan Lupakan sejenak tentang penataan secara globalnya tadi dan mari kita kembali fokus pada bangunan masjidnya.  Rencana pembangunan masjid ini merupakan impian yang sudah lama ingin diwujudkan oleh pak Haji sebagai masjid keluarga yang sekaligus juga bisa dimanfaatkan oleh khalayak umum. Secara bentuk memang lebih mengadopsi bentukan dome meskipun memang tidak ada keharusan tersendiri penggunaan elemen dome ini pada sebuah masjid. Akan tetapi mayoritas elemen dome banyak dipakai untuk masjid-masjid di wilayah jawa timur khususnya banyuwangi sehingga secara konteks tidak ada salahnya jika bentuk dome ini kita adopsi dengan modifikasinya. Namun demikian tema utama mengapa diadopsi elemen dome ini sebenarnya diangkat dari ilustrasi bentuk bukit (lansekap) yang dituangkan dalam massa bangunan sehingga diperoleh desain yang lebih organik. Di satu sisi penggunaan minaret berjumlah dua hanya ditujukan sebagai penanda sekaligus untuk mendapatkan keseimbangan secara geometris terhadap massa utamanya dan lebih jauh ditekankan pada fungsinya sebagai elemen tempat pengeras suara adzan. Meskipun demikian sama halnya dengan bentukan dome, keberadaan minaret pun sebenarnya bukanlah suatu keharusan  sehingga awalnya saya sebenarnya tidak memasukkan objek tersebut dalam komposisi massa bangunan, akan tetapi Pak Haji kemudian tetap menghendaki elemen tersebut tetap diadakan. Alhasil objek minaret tetap dimunculkan sebagai satu kesatuan komposisi.

Lebih lanjut Pak Haji ingin mempunyai sebuah konsep masjid yang iconic dan humanis dengan mengedepankan filosofi syiar islam secara positif. Yang dimaksud syiar di sini adalah ibadah yang kita lakukan baik saat sholat maupun saat ada aktivitas pengajian di kompleks masjid ini diharapkan mampu memberi influen sehingga mampu menjadi megnet positif bagi penduduk sekitar dan juga para pengendara yang lewat. Dengan kata lain orang yang lewat sekitar rest area ini akan merasa seperti diingatkan untuk menyegerakan sholat ataupun sekedar mampir untuk beristirahat di sini ketika melihat bangunan masjid dan bahkan melihat orang yang sedang sholat di dalamnya. Ataupun saat ada pengajian akbar dengan penceramah ternama yang diundang sekalipun, pengendara yang lewat mampu melihat dan menangkap momen tersebut baik melalui aktivitas luberan para jemaahnya di zona luar masjid ataupun  dengan melihat sang penceramah tadi dari jalan. Momen-momen positif inilah yang ingin ditonjolkan sebagai atmosfir syiar. Untuk itu dari ilustrasi keinginan Pak Haji tadi, saya mencoba mentransformasikan bentukan masjid sedemikian rupa dengan massa yang terangkat secara lansekap dan lebih menekankan pada konsep keterbukaan yaitu penggunaan dinding transparan (kaca) sebagai tema utamannya. Dan ttttaaaaaarrrrraaaaaa jadilah sketsa masjid impian Pak Haji tersebut.




 
Ok demikian salah satu karya masjid yang bisa saya bagikan, semoga ilustrasinya bisa ikut menambah cerita arsitektur di negeri ini........thanks salam hangat dari saya  Sigit Wijiono, Phd (Paling Hunik Desainnya....hehehe)......keep spirit for all  right !!!
 

1 komentar: